Sabtu, 17 Maret 2012

PENDEKATAN SISITEM


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam hal pendekatan teoritis dalam sistem sosial indonesia, ada teori yang mendukung yaitu struktur fungsionalisme, konflik. dimana struktur funsionalisme merupakan sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi  yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan.
Perlu kita maklumi bersama, bahwa struktur fungsionalisme mula-mula sekali tumbuh dari cara melihat mayarakat yang menganalogikan masyarakat dengan organisme biologis, suatu pendekatan yang sering kita lihat sebgai orbaninisme approach. Plato misalnya membandingkan tiga kelas sosial  yakni penguasa, militer, kaum pekerja tangan.
Menurut Parsons, ide mnegenai kehidupan sosial sebagai suatu sistem –suatu jaringan dari bagian yang berbeda-beda menjelaskan bagian struktural dari label fungsionalis struktural yang selalu dikaitkan dengan karyanya. Lebih lanjut, analogi mengenai sebuah sistem menjelaskan bagian “fungsionalis”nya. Jkalau kita menyebut tubuh manusia sebagai suatu sistem, hal itu bisa dilihat sebagai sesuatu yang memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu, misalnya kebutuhan makanan dan sejumlah bagian-bagian yang saling berhubungan (sistem pencernaan, perut, intesines, dan lain-lain) yang fungsinya adalah menemukan kebutuhan-kebutuhan itu. sistem sosial dari tindakan dilihat oleh Parson sebagai sesuatu yang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi kalau mau hidup dan sejumlah bagian-bagian yanbg berfungsi untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan itu. semua sistem yang hidup dilihat sebagai sesuatu yang cenderung mengarah kepada keseimbangan, suatu hubungan yang stabil dan seimbang antara bagian-bagian yang terpisah dan mempertahankan dirinya secara terpisah dari sistem-sistem.
Marxian.Perintis aliran Marxian adalah Karl Marx sendiri. Landasan teorinya dibangun pada materialisme dan filsafat dialektika. Menurut Marx, materi menentukan ide. Marx banyak dipengaruhi oleh Hegel yang berguru pada Feuerbach. Pusat perhatian Marx dalam mengembangkan teorinya pada tingkat struktur sosial, bukan pada tingkat kenyataan sosial budaya, atau dengan kata lain: Marx tidak fokus pada kajian tentang cara individu menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik melainkan pada posisi individu dipengaruhi oleh interaksi sosial budaya yang berlandaskan pada materi.
Masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh bertentangan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya kalau menurut terori struktur fungsionalisme setiap elemen atau setiap institusi memberikan dukungan terhadap stabilitas (keseimbangan) maka teori konflik melihat bahwa setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial.
B.     RUMUSAN MASALAH
Setelah melihat latar belakang diatas maka terdapat beberapa hal yang harus diselesaikan antara lain: Bagaimana pendekatan  struktur fungsionalisme dan pendekatan  konflik dalam melihat masyarakat sebagai suatu sistem sosial?
C.     TUJUAN
Untuk mengetahui pendekatan  struktur fungsionalisme dan pendekaatan konflik dalam melihat masyarakat

BAB II
KAJIAN TEORI
A.    PENDEKATAN STRUKTUR FUNSIONALISME DALAM SISTEM SOSIAL
Pembahasan teori fungsionalisme structural Parson diawali dengan empat skema penting mengenai fungsi untuk semua system tindakan, skema tersebut dikenal dengan sebutan skema AGIL. Sebelumnya kita harus tahu terlebih dahulu apa itu fungsi yang sedang dibicarakan disini, fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan system.
Menurut parson ada empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua system social, meliputi adaptasi (A), pencapaian tujuan atau goal attainment (G), integrasi (I), dan Latensi (L). empat fungsi tersebut wajib dimiliki oleh semua system agar tetap bertahan (survive), penjelasannya sebagai berikut:
Adaptation (sistem biaologis/ organis ) : fungsi yang amat penting disini system harus dapat beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang gawat, dan system harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan juga dapat menyesuaikan lingkungan untuk kebutuhannnya.
Goal attainment (sistem kepribadian) ; pencapainan tujuan sangat penting, dimana system harus bisa mendifinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
Integrastion (sistem sosial) : artinya sebuah system harus mampu mengatur dan menjaga antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya, selain itu mengatur dan mengelola ketiga fungsi (AGL).
Latency (sistem budaya):laten berarti system harus mampu berfungsi sebagai pemelihara pola, sebuah system harus memelihara dan memperbaiki motivasi pola-pola individu dan cultural, Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; Terutama norma, adat, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian masyarakat ini sebagai "organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar. 
Dalam arti paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya untuk menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, adat, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah mazhab pemikiran.
Dalam ilmu sosiologi, teori struktural fungsional berada dalam lingkup paradigma fakta sosial. Objek kajiannya adalah institusi sosial. Institusi yang dimaksud meliputi serangkaian aturan atau norma-norma atau pranata-pranata sosial serta organisasi atau kelompok-kelompok sosial yang hidup dalam suatu masyarakat.
hakekat hidup dalam suatu masyarakat ialah organisasi kepentingan-kepentingan perseorangan, pengetahuan sikap orang yang satu terhadap yang lain dan memusatkan orang-orang kedalam kelompok-kelompok tertentu untuk tindakan bersama. bagaimana hubungan yang timbul dalam dari hidup masyarakat itu dapat kita lihat sebagai suatu rencana atau sistem yang dapat kita namakan struktur sosial
Struktur sosial dan masyarakat itu meliputi berbagai kelompok yang terjadi dari orang banyak dan meliputi pola lembaga-lembaga didalam mana orang banyak tadi ikut mengambil bagian. Dalam hal ini  yang dimaksud dengan lembaga-lembaga sosial atau kemasyarakatan itu dilihat dari sudut kebudayaan (summer, 1840-1910) Struktur Sosial dapat pula  dilihat sebagai kombinasi atau susunan sejumlah posisi sosial yang berhubungan dan saling mengisi.
Pendekatan fungsionalisme struktur sebagai yang telah dikembangkan oleh talkott parsons:
a)      Masyarkat haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari pada bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain
b)      Dengan demikian hubungan pengaruh memperngaruhi diantara bagian-bagian tersebut adalah bersifat ganda yang timbal balik
c)      Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial selalu cendrung bergerak kearah ekuilibrium yang bersifat dinamis.
Konsep perubahan sosial Parsons bersifat perlahan-lahan dan selalu dalam usaha untuk menyesuaikan diri demi terciptanya kembali equilibrium. Dengan kata lain, perubahan yang dimaksudkan oleh Parsons itu bersifat evolusioner dan bukannya revolusioner.
Konsep tentang perubahan yang bersifat evolusioner dari Parsons dipengaruhi oleh para pendahulunya seperti Aguste Comte, Hebert Spencer, dan Emile Durkheim.
Sistem mengandaikan adanya kesatuan antara bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain. Kesatuan antara bagian itu pada umumya mempunyai tujuan tertentu. Dengan kata lain, bagian-bagian itu membentuk satu kesatuan (sistem) demi tercapainya tujuan atau maksud tertentu.
1.      Sistem organisme biologis (aspek bilogis manusia sebagai satu sistem), dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan.
2.      Sistem kepribadian, melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakkan seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
3.      Sistem sosial berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat itu.
4.      Sistem kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur-struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu.
Defenisi sistem-sistem di atas menurut Talcott:
1.      Sistem organisme atau aspek biologis dari manusia. Kesatuan yang paling dasar dalam arti biologis, yakni aspek fisik dari manusia itu. Hal lain yang termasuk ke dalam aspek fisik ini ialah lingkungan fisik di mana manusia itu hidup.
2.      Sistem kepribadian. Kesatuan yang paling dasar dari unit ini ialah individu yang merupakan aktor atau pelaku. Pusat perhatiannya dalam analisa ini ialah kebutuhan-kebutuhan, motif-motif, dan sikap-sikap, seperti motivasi untuk mendapat kepuasan atau keuntungan.
3.      Sistem sosial. Sistem sosial adalah interaksi antara dua atau lebih individu di dalam suatu lingkungan tertentu. Tetapi interaksi itu tidak terbatas antara individu-individu melainkan juga terdapat antara kelompok-kelompok, institusi-institusi, masyarakat-masyarakat, dan organisasi-organisasi internasional. Sistem sosial selalu terarah kepada equilibrium (keseimbangan).
4.      Sistem budaya. Dalam sistem ini, unit analisis yang paling dasar adalah kepercayaan religius, bahasa, dan nilai-nilai.
Salah satu pendekatan teoritis sistem sosial yang paling populer dari pendekatan-pendekatan yang lain adalah pendekatan yang amat berpengaruh di kalangan para ahli sosiologi selama beberapa puluh tahun terakhir ini. Sudut pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat, pada dasarnya , terintegrasi di atas dasar kata sepakat para anggotanya akan nilai, noma, dan aturan kemasyarakatan tertentu, suatu general agreements yang memiliki daya mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara para anggota masyarakat.
Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk ekuilibrium. Karena sifatnya demikian, maka aliran pemikiran ini disebut sebagai integration approach, order approach, equilibrium approach atau lebih populer disebut structural-functional approach .
        Pendekatan Fungsionalisme Struktural awalnya muncul dari cara melihat masyarakat dengan dianalogikan sebagai organisma biologis. Auguste Comte dan Herbert Spencer melihat adanya interdependensi antara organ-organ tubuh kita yang kemudian dianalogikan dengan masyarakat.
Sebagaimana alasan-alasan yang dikemukakan Herbert Spencer sehingga mangatakan masyarakat sebagai organisma sosial adalah:
a.       Masyarakat itu tumbuh dan berkembang dari --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--yang sederhana ke yang kompleks
b.      Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat berjalan secara perlahan atau evolusioner
c.        Walaupun institusi sosial bertambah banyak, hubungan antarsatu dan lainnya tetap dipertahankan kerena semua institusi itu berkembang dari institusi yang sama
d.      Seperti halnya bagian dalam organism biologi, bagian-bagian dalam organism sosial itu memiliki sistemnya sendiri (subsistem) yang dalam beberapa hal tertentu dia berdikari.
Pokok pikiran inilah yang melatar belakangi lahirnya pendekatan fungsionalisme-struktural yang kemudian mencapai tingkat perkembangannya yang sangat berpengaruh dalam sosiologi Amerika, khususnya di dalam pemikiran Talcott Parsons (1902-1979).
Talcott Parsons lahir di Colorado Springs Amerika Serikat putra seorang pendeta. Meskipun awalnya menekuni ilmu biologi kemudian dia juga mempelajari sosial ekonomi. Pemikirannya dipengaruhi oleh pemikir-pemikir seperti Weber, Durkheim dan Vilfredo Pareto yang mengedepankan pendekatan sistem. Parson adalah tokoh fungsionalisme struktural modern terbesar hingga saat ini.
Pendekatan fungsionalisme-struktural sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Parsons dan para pengikutnya, dapat dikaji melalu anggapan-anggapan dasar berikut:
1.      Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain
2.      Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi di antara bagian-bagian tersebut bersifat timbal balik
3.      Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapi dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak kea rah ekuilibrium yang bersifat dinamis
4.      Sistem sosial senantiasa berproses ke arah integrasi sekalipun terjadi ketegangan, disfungsi dan penyimpangan.
5.      Perubahan-perubahan dalam sistem sosial, terjadi secara gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner.
Faktor paling penting yang memiliki daya integrasi suatu sistem sosial adalah konsensus atau mufakat di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.
Dengan kata lain, suatu sistem sosial, pada dasarnya, tidak lain adalah suatu sistem dari tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai individu, yang tumbuh berkembang --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--tidak secara kebetulan, namun tumbuh dan berkembang di atas consensus, di atas standar penilaian umum masyarakat. Yang paling penting di antara berbagai standar penilaian umum tersebut adalah norma-norma sosial. Norma-norma sosial itulah yang membentuk struktur sosial.
Sistem nilai ini, selain menjadi sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial, juga merupakan unsur yang menstabilir sistem sosial budaya itu sendiri.
Oleh karena setiap orang menganut dan mengikuti pengertian-pengertian yang sama mengenai situasi-situasi tertentu dalam bentuk norma-norma sosial, maka tingkah laku mereka kemudian terjalin sedemikian rupa ke dalam bentuk suatu struktur sosial tertentu. Kemudian pengaturan interaksi sosial di antara mereka dapat terjadi Karena komitmen mereka terhadap norma-norma yang mampu mengatasi perbedaan pendapat dan kepentingan individu. Dua macam mekanisme sosial yang paling penting di mana hasrat-hasrat para anggota masyarakat dapat dikendalikan pada tingkat dan arah menuju terpeliharanya sistem sosial adalah mekanisme sosialisasi dan pengawasan sosial (social control).
Di samping itu, Parsons menilai, keberlanjutan sebuah sistem bergantung pada persyaratan:
1.      Sistem harus terstruktur agar bisa menjaga keberlangsungan hidupnya dan juga harus mampu harmonis dengan sistem lain.
2.      Sstem harus mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem lain.
3.      Sisitem harus mampu mengakomodasi para aktornya secara proporsional.
4.      Sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para aktornya.
5.      Sistem harus mampu untuk mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu Bila terjadi konflik menimbulkan kekacauan harus dapat dikendalikan.
6.      Sistem harus memiliki bahasa Aktor dan Sistem Sosial.
B.     PENDEKATAN  KONFLIK DALAM SISTEM SOSIAL
Dahrendrof adalah salah satu pendiri teori konflik dan sekaligus teori fungsional yang disejajarkan. Menurut para fungsionalis,masyarakat adalah statis atau masyarakat berada dalam keadaan berubah secara seimbang.Tetapi menurut Dahrendrof dan teorisi konflik lainya,setiap masyarakat secara tunduk pada proses perubahan.Fungsionalis menekankan keteraturan dalam masyarakat.Fungsionalis menyatakan bahwa setiap elemen masyarakat berperan dalam menjaga  stabilitas masyarakat.Teori konflik melihat berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang terhadap disintegrasi perubahan.
Dahrendrof menolak tekanan kaum fungsionalis pada integrasi,nilai dan konsensus normatiF,serta stabilitas karena berat sebelah,sebaliknya dia berusaha untuk mendasarkan teorinyapadasuatu perspektif Marx modern yang menerima meluasnya konflik sosial yang didasarkan pada oposisi kepentingan kelas dan konskuensi konflik itu dalam melahirkan perubahan sosial.
Dahrendrof melihat bahwa struktur masyarakat industri telah mengalami perubahan besar sejak jaman marx,oleh sebab itu Dahrendrof menolak sebagian teori marx,seperti mengenai teori perubahan berkembang,contohnya dalam usaha garment konveksi yang menjadi kelas borjuis adalah para investor,tidak para pemilik usaha tersebut,Sedangkan kaum proletar di sini adalah orang-orang yang bekerja di sana,seperti buruh ,satpam.manager,staff.
Ia juga mengemukakan bahwa hubungan 2 golongan tersebut ,bisa mempunyai kekuatan sama atau lebih apabila bersatu,sedangkan revolusi bisa dilakukan apabila salah satu golongan baik borjuis,maupun proletar mempunyai kekuatan yang solid,contohnya para pengusaha membuat suatu wadah sosial dan konflik kelas,konflik kelas dan revolusi, menurutnya  kelas proletar dan borjuis telah perkumpulan guna mensolidkan kekuatan mereka terhadap para pesaing ataupun golongan pekerjanya,dan begitu juga proletar terkadang membuat demonstrasi ataupun mogok kerja dalam skala yang besar karena tak terpenuhi tuntutan mereka.
Dalam menganalisis konflik masyarakat, yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi berbagai peran otoritas di dalam masyarakat. Dahrendorf mengkombinasikan pendekatan fungsional (tentang struktur dan fungsi masyarakat) dengan pendekatan konflik dalam menganalisis antar kelas sosial masyarakat. Berkaitan dengan hal ini, Zetlin menyarankan dalam menganalisis masyarakat harus membedakan dua metateori dalam masyarakat yaitu system sosial terintegrasi secara fungsional (teori fungsional), dan metateori kedua adalah struktur sosial dijalankan melalui tekanan dan paksaan (teori konflik).
Teori sosial Dahrendorf berfokus pada kelompok kepentingan konflik yang berkenaan dengan kepemimpinan, ideologi, dan komunikasi di samping tentu saja berusaha melakukan berbagai usaha untuk menstrukturkan konflik itu sendiri, mulai dari proses terjadinya hingga intensitasnya dan kaitannya dengan kekerasan. Jadi bedanya dengan fungsionalisme jelas, bahwa ia tidak memandang masyarakat sebagai sebuah hal yang tetap/statis, namun senantiasa berubah oleh terjadinya konflik dalam masyarakat. Dalam menelaah konflik antara kelas bawah dan kelas atas misalnya, Teori konflik muncul sebagai reaksi atas teori fungsionalisme struktur yang kurang memperhatikan fonemena konflik didalam masyarakat.
Teori konflik salah satu perspektif didalam sosiologi yang memandang mayarakat sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian bagian atau komponen-komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda dimana komponen yang satu berusaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memproleh kepentingan sebesar-besarnya.
Pada dasarnaya panadangan teori konflik  tentang masyarakat sebetulnya tidak bayak berbeda dari pandangan  teori fungsionsliamee struktur karena keduanya bersama-sama memandang masyarkat sebagai satu sistem yangterdiri dari bagaian-bagian. Perbedaaan antara keduanya terletak dalam asumsi mereka yang berbeda-beda tentang elemen-elemen pembentukan masyarakat. Menurut fungsionalisme struktur elemen-elemen berfungsi sehingga masyarakaat secara keseluruhan bisa berjalan dengan normal. sedangkan teori konflik  elemen-elemen itu mempunyai kepentingan yuang berbeda-beda sehingga mereka berjuang untuk saling mengalahkan satu sama lain guna memperoleh kepentingan sebesar-besarnya.
Pendekatan pandangan konflik berpangkal pada anggapan anggapan dasar sebagai berikut:
a)      Setiap masyarakat senantiasa berbeda didalam proses prubahan yang tidak pernah berakhir, atau dengan perkataan lain, perubahan sosial merupakan gejalan yang melekat didalam setiap masyarkar.
b)      Setiap masyarakat mengandung konflik-konflik didalam dirinya, atau dengan perkataan lain, konflik adalah gejala yang melekat didalam setiap masyarakat
c)      Setiap masyarakat terintegrasi diatas penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang atas sejumlah orang-oarang lain
d)     Setiap unsur dalam suatau mayarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan prubahan-prubahan sosial.
Perubahan sosila dalam pendekatan konflik taidak saja dipandang sebagai gejala yang melekat didalam kehidupan setiap masyarakat, akn tetapi lebih daripada malahan dianggap  bersumber didalam faktor-faktor yang ada didalam masyarakat itu sendiri
Menurut,Dahrendrof otoritas tidaklah konstan karena terletak di luar diri seseorang bukan dalam dirinya,karena itu seseorang yang berwenang dalam suatu lingkup tertentu belum tentu punya wewenang di daerah lain.Begitu pula orang yang duduk dalam posisi subordinat dalam suatu kelompok,dapat juga menempati posisi superordinat di kelompok lain.Contohnya adalah posisi kades di lingkup kecamatan adalah subordinat,dan menjadi superordinat di masyarakat desanya.Ini berasal dari argumen Dahnredrof yang menyatakan bahwa masyrakat tersusun dari sejumlah unit yang ia sebut asosiasi yang dikoordinasikan secara imperatif.Masyarakat terlihat sebagai asosiasi individu yang dikontrol olej hierarki posisi otoritas.Karena  masyarakat terdiri dari berbagi posisi,seorang individu dapat menempati posisi subordinat mauoun superordinat  bergantung pada harapan masyarakat.
Kelompok,konflik dan perubahan:Selanjutnya Dahrendorf membedakan tiga tipe utama kelompok.Pertama adalah kelompok semu atau” sejumlah orang pemegang posisi dengqan kepentingan sama”.Kelompok semu ini adalah calon tipe kedua yakni kelompok kepentingan.,dari berbagi kelompok kepentinan muncul kelompok konflik.Menurutnya  ketiga,kelompok tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda-beda,namun berpengaruh dalam perubahan struktural dalam masyarakat.
Aspek terakhir dalam teori Dahrendorf adalah hubungan konflik dengan perubaha, dalam hal ini Dahrendorf mengakui pentingnya pemikiran lowis coser,yang memustakan perhatian pada fungsi kelompok dalam memepertahankan status quo.Tetapi Dahrendorff menganggap fungsi konservatif dan konflik hanyalah satu bagian dari realita sosial,konflik juga meneyebabkan perubahan dan perkemabangan.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Pendekatan Struktur Funsionalisme Dalam Sistem Sosial
Pembahasan teori fungsionalisme structural Parson diawali dengan empat skema penting mengenai fungsi untuk semua system tindakan, skema tersebut dikenal dengan sebutan skema AGIL. Sebelumnya kita harus tahu terlebih dahulu apa itu fungsi yang sedang dibicarakan disini, fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan system.
Menurut parson ada empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua system social, meliputi adaptasi (A), pencapaian tujuan atau goal attainment (G), integrasi (I), dan Latensi (L). empat fungsi tersebut wajib dimiliki oleh semua system agar tetap bertahan (survive), penjelasannya sebagai berikut:
Adaptation (sistem biaologis/ organis ) : fungsi yang amat penting disini system harus dapat beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang gawat, dan system harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan juga dapat menyesuaikan lingkungan untuk kebutuhannnya.
Goal attainment (sistem kepribadian) ; pencapainan tujuan sangat penting, dimana system harus bisa mendifinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
Integrastion (sistem sosial) : artinya sebuah system harus mampu mengatur dan menjaga antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya, selain itu mengatur dan mengelola ketiga fungsi (AGL).
Latency (sistem budaya):laten berarti system harus mampu berfungsi sebagai pemelihara pola, sebuah system harus memelihara dan memperbaiki motivasi pola-pola individu dan cultural,
Sistem mengandaikan adanya kesatuan antara bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain. Kesatuan antara bagian itu pada umumya mempunyai tujuan tertentu. Dengan kata lain, bagian-bagian itu membentuk satu kesatuan (sistem) demi tercapainya tujuan atau maksud tertentu.
1.      Sistem organisme biologis (aspek bilogis manusia sebagai satu sistem), dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan.
2.      Sistem kepribadian, melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakkan seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
3.      Sistem sosial berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat itu.
4.      Sistem kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur-struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu.
Dahrendrof adalah salah satu pendiri teori konflik dan sekaligus teori fungsional yang disejajarkan. Menurut para fungsionalis,masyarakat adalah statis atau masyarakat berada dalam keadaan berubah secara seimbang.Tetapi menurut Dahrendrof dan teorisi konflik lainya,setiap masyarakat secara tunduk pada proses perubahan.Fungsionalis menekankan keteraturan dalam masyarakat.Fungsionalis menyatakan bahwa setiap elemen masyarakat berperan dalam menjaga  stabilitas masyarakat.Teori konflik melihat berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang terhadap disintegrasi perubahan.
Teori sosial Dahrendorf berfokus pada kelompok kepentingan konflik yang berkenaan dengan kepemimpinan, ideologi, dan komunikasi di samping tentu saja berusaha melakukan berbagai usaha untuk menstrukturkan konflik itu sendiri, mulai dari proses terjadinya hingga intensitasnya dan kaitannya dengan kekerasan. Jadi bedanya dengan fungsionalisme jelas, bahwa ia tidak memandang masyarakat sebagai sebuah hal yang tetap/statis, namun senantiasa berubah oleh terjadinya konflik dalam masyarakat. Dalam menelaah konflik antara kelas bawah dan kelas atas misalnya, Teori konflik muncul sebagai reaksi atas teori fungsionalisme struktur yang kurang memperhatikan fonemena konflik didalam masyarakat.
B.     SARAN
Kepada mahasiswa: Makalah kami ini membantu untuk mengetahui pendekatan-pendekatan sistem sosial, dan bisa dijadikan refrensi dilain harinya, keritik dan saran saudara/di yang sifatnya membangun kami harapkan.






















DAFTAR PUSTAKA
George Ritzer.2010.Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. PT:  Rajawali Grafindo Persada.Jakarta.
Nasikun. 2011.Sistem Sosial Indonesia. PT:  Rajawali Grafindo Persada.Jakarta.
Raho Bernad. 2007. Teori Sosiologi Modern  Pt: Prestasi Pustaka. Jakarta.









                















Tugas Kelompok
Dosen: Prof.Dr. H.M. Idrus Abustam.
PENDEKATAN PENDEKATAN TEORITIS DALAM SISTEM SOSIAL
Teori struktur fungsionalisme dan teori konflik.







KELOMPOK: VII

ABDUL LATIF,S.Pd
:IIB02019
MUZAKKI,S.Pd                  
:IIB02020
SANIA KEWA KIAN,S.Pd
:IIB02021




PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2012