BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam hal pendekatan teoritis dalam sistem sosial indonesia, ada teori
yang mendukung yaitu struktur fungsionalisme, konflik. dimana struktur
funsionalisme merupakan sebuah
sudut pandang luas dalam sosiologi yang berupaya menafsirkan masyarakat
sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling
berhubungan.
Perlu kita
maklumi bersama, bahwa struktur fungsionalisme mula-mula sekali tumbuh dari
cara melihat mayarakat yang menganalogikan masyarakat dengan organisme
biologis, suatu pendekatan yang sering kita lihat sebgai orbaninisme approach. Plato
misalnya membandingkan tiga kelas sosial
yakni penguasa, militer, kaum pekerja tangan.
Menurut
Parsons, ide mnegenai kehidupan sosial sebagai suatu sistem –suatu jaringan
dari bagian yang berbeda-beda menjelaskan bagian struktural dari label
fungsionalis struktural yang selalu dikaitkan dengan karyanya. Lebih lanjut,
analogi mengenai sebuah sistem menjelaskan bagian “fungsionalis”nya. Jkalau
kita menyebut tubuh manusia sebagai suatu sistem, hal itu bisa dilihat sebagai
sesuatu yang memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu, misalnya kebutuhan makanan
dan sejumlah bagian-bagian yang saling berhubungan (sistem pencernaan, perut,
intesines, dan lain-lain) yang fungsinya adalah menemukan kebutuhan-kebutuhan itu.
sistem sosial dari tindakan dilihat oleh Parson sebagai sesuatu yang mempunyai
kebutuhan yang harus dipenuhi kalau mau hidup dan sejumlah bagian-bagian yanbg
berfungsi untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan itu. semua sistem yang hidup
dilihat sebagai sesuatu yang cenderung mengarah kepada keseimbangan, suatu
hubungan yang stabil dan seimbang antara bagian-bagian yang terpisah dan
mempertahankan dirinya secara terpisah dari sistem-sistem.
Marxian.Perintis
aliran Marxian adalah Karl Marx sendiri. Landasan teorinya dibangun pada
materialisme dan filsafat dialektika. Menurut Marx, materi menentukan ide. Marx
banyak dipengaruhi oleh Hegel yang berguru pada Feuerbach. Pusat perhatian Marx
dalam mengembangkan teorinya pada tingkat struktur sosial, bukan pada tingkat
kenyataan sosial budaya, atau dengan kata lain: Marx tidak fokus pada kajian
tentang cara individu menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik melainkan pada
posisi individu dipengaruhi oleh interaksi sosial budaya yang berlandaskan pada
materi.
Masyarakat
senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh bertentangan yang
terus menerus diantara unsur-unsurnya kalau menurut terori struktur
fungsionalisme setiap elemen atau setiap institusi memberikan dukungan terhadap
stabilitas (keseimbangan) maka teori konflik melihat bahwa setiap elemen
memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial.
B.
RUMUSAN MASALAH
Setelah
melihat latar belakang diatas maka terdapat beberapa hal yang harus
diselesaikan antara lain: Bagaimana pendekatan
struktur fungsionalisme dan pendekatan
konflik dalam melihat masyarakat sebagai suatu sistem sosial?
C. TUJUAN
Untuk
mengetahui pendekatan struktur
fungsionalisme dan pendekaatan konflik dalam melihat masyarakat
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
PENDEKATAN STRUKTUR FUNSIONALISME
DALAM SISTEM SOSIAL
Pembahasan
teori fungsionalisme structural Parson diawali dengan empat skema penting
mengenai fungsi untuk semua system tindakan, skema tersebut dikenal dengan
sebutan skema AGIL. Sebelumnya kita harus tahu terlebih dahulu apa itu fungsi
yang sedang dibicarakan disini, fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan
kearah pemenuhan kebutuhan system.
Menurut parson
ada empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua system social,
meliputi adaptasi (A), pencapaian tujuan atau goal attainment (G),
integrasi (I), dan Latensi (L). empat fungsi tersebut wajib dimiliki oleh semua
system agar tetap bertahan (survive), penjelasannya sebagai berikut:
Adaptation
(sistem biaologis/ organis ) : fungsi yang amat penting disini system harus
dapat beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang gawat, dan
system harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan juga dapat menyesuaikan
lingkungan untuk kebutuhannnya.
Goal attainment (sistem kepribadian) ;
pencapainan tujuan sangat penting, dimana system harus bisa mendifinisikan dan
mencapai tujuan utamanya.
Integrastion
(sistem sosial) : artinya sebuah system harus mampu mengatur dan menjaga antar
hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya, selain itu mengatur dan mengelola ketiga fungsi (AGL).
Latency (sistem
budaya):laten berarti system harus mampu berfungsi sebagai pemelihara pola,
sebuah system harus memelihara dan memperbaiki motivasi pola-pola individu dan
cultural, Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal
fungsi dari elemen-elemen konstituennya; Terutama norma, adat, tradisi dan institusi.
Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian masyarakat
ini sebagai "organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh
"badan" secara wajar.
Dalam arti
paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya untuk menghubungkan, sebisa
mungkin, dengan setiap fitur, adat, atau praktik, dampaknya terhadap
berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons,
"fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu
dalam pengembangan metodologis ilmu sosial,
bukan sebuah mazhab pemikiran.
Dalam ilmu
sosiologi, teori struktural fungsional berada dalam lingkup paradigma fakta
sosial. Objek kajiannya adalah institusi sosial. Institusi yang dimaksud
meliputi serangkaian aturan atau norma-norma atau pranata-pranata sosial serta
organisasi atau kelompok-kelompok sosial yang hidup dalam suatu masyarakat.
hakekat hidup dalam suatu masyarakat ialah organisasi
kepentingan-kepentingan perseorangan, pengetahuan sikap orang yang satu
terhadap yang lain dan memusatkan orang-orang kedalam kelompok-kelompok
tertentu untuk tindakan bersama. bagaimana hubungan yang timbul dalam dari
hidup masyarakat itu dapat kita lihat sebagai suatu rencana atau sistem yang
dapat kita namakan struktur sosial
Struktur sosial dan masyarakat itu meliputi berbagai kelompok yang terjadi
dari orang banyak dan meliputi pola lembaga-lembaga didalam mana orang banyak
tadi ikut mengambil bagian. Dalam hal ini
yang dimaksud dengan lembaga-lembaga sosial atau kemasyarakatan itu
dilihat dari sudut kebudayaan (summer, 1840-1910) Struktur Sosial dapat
pula dilihat sebagai kombinasi atau
susunan sejumlah posisi sosial yang berhubungan dan saling mengisi.
Pendekatan fungsionalisme struktur sebagai yang telah dikembangkan
oleh talkott parsons:
a) Masyarkat
haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari pada bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama
lain
b) Dengan demikian hubungan pengaruh
memperngaruhi diantara bagian-bagian tersebut adalah bersifat ganda yang timbal
balik
c) Sekalipun integrasi sosial tidak
pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial
selalu cendrung bergerak kearah ekuilibrium yang bersifat dinamis.
Konsep
perubahan sosial Parsons bersifat perlahan-lahan dan selalu dalam usaha untuk
menyesuaikan diri demi terciptanya kembali
equilibrium. Dengan kata lain, perubahan yang dimaksudkan oleh Parsons itu
bersifat evolusioner dan bukannya revolusioner.
Konsep tentang
perubahan yang bersifat evolusioner dari Parsons dipengaruhi oleh para
pendahulunya seperti Aguste Comte, Hebert Spencer, dan Emile Durkheim.
Sistem
mengandaikan adanya kesatuan antara bagian-bagian yang berhubungan satu sama
lain. Kesatuan antara bagian itu pada umumya
mempunyai tujuan tertentu.
Dengan kata lain, bagian-bagian itu membentuk satu kesatuan (sistem) demi
tercapainya tujuan atau maksud tertentu.
1. Sistem
organisme biologis (aspek bilogis manusia sebagai satu sistem), dalam sistem
tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan.
2. Sistem
kepribadian, melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan
menggerakkan seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
3. Sistem
sosial berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen
pembentuk masyarakat itu.
4. Sistem
kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau
struktur-struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang
memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu.
Defenisi
sistem-sistem di atas menurut
Talcott:
1. Sistem
organisme atau aspek biologis dari manusia. Kesatuan yang paling dasar dalam
arti biologis, yakni aspek fisik dari manusia itu. Hal lain yang termasuk ke
dalam aspek fisik ini ialah lingkungan fisik di mana manusia itu hidup.
2. Sistem
kepribadian. Kesatuan yang paling dasar dari unit ini ialah individu yang
merupakan aktor atau pelaku. Pusat perhatiannya dalam analisa ini ialah
kebutuhan-kebutuhan, motif-motif, dan sikap-sikap, seperti motivasi untuk
mendapat kepuasan atau keuntungan.
3. Sistem
sosial. Sistem sosial adalah interaksi antara dua atau lebih individu di dalam
suatu lingkungan tertentu. Tetapi interaksi itu tidak terbatas antara
individu-individu melainkan juga terdapat antara kelompok-kelompok,
institusi-institusi, masyarakat-masyarakat, dan organisasi-organisasi internasional.
Sistem sosial selalu terarah kepada equilibrium (keseimbangan).
4.
Sistem budaya. Dalam sistem ini, unit
analisis yang paling dasar adalah kepercayaan religius, bahasa, dan
nilai-nilai.
Salah satu
pendekatan teoritis sistem sosial yang paling populer dari
pendekatan-pendekatan yang lain adalah pendekatan yang amat berpengaruh di
kalangan para ahli sosiologi selama beberapa puluh tahun terakhir ini. Sudut
pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat, pada dasarnya , terintegrasi
di atas dasar kata sepakat para anggotanya akan nilai, noma, dan aturan
kemasyarakatan tertentu, suatu general agreements yang memiliki daya mengatasi
perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara para anggota masyarakat.
Pendekatan ini
memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi
ke dalam suatu bentuk ekuilibrium. Karena sifatnya demikian, maka aliran
pemikiran ini disebut sebagai integration approach, order approach, equilibrium
approach atau lebih populer disebut structural-functional approach .
Pendekatan Fungsionalisme Struktural
awalnya muncul dari cara melihat masyarakat dengan dianalogikan sebagai
organisma biologis. Auguste Comte dan Herbert Spencer melihat adanya
interdependensi antara organ-organ tubuh kita yang kemudian dianalogikan dengan
masyarakat.
Sebagaimana
alasan-alasan yang dikemukakan Herbert Spencer sehingga mangatakan masyarakat
sebagai organisma sosial adalah:
a.
Masyarakat itu tumbuh dan berkembang dari
--this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase
this, it means you don't manage to read entire article--yang sederhana ke yang
kompleks
b.
Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat
berjalan secara perlahan atau evolusioner
c.
Walaupun institusi sosial bertambah banyak,
hubungan antarsatu dan lainnya tetap dipertahankan kerena semua institusi itu
berkembang dari institusi yang sama
d.
Seperti halnya bagian dalam organism biologi,
bagian-bagian dalam organism sosial itu memiliki sistemnya sendiri (subsistem)
yang dalam beberapa hal tertentu dia berdikari.
Pokok pikiran
inilah yang melatar belakangi lahirnya pendekatan fungsionalisme-struktural
yang kemudian mencapai tingkat perkembangannya yang sangat berpengaruh dalam
sosiologi Amerika, khususnya di dalam pemikiran Talcott Parsons (1902-1979).
Talcott
Parsons lahir di Colorado Springs Amerika Serikat putra seorang pendeta.
Meskipun awalnya menekuni ilmu biologi kemudian dia juga mempelajari sosial
ekonomi. Pemikirannya dipengaruhi oleh pemikir-pemikir seperti Weber, Durkheim
dan Vilfredo Pareto yang mengedepankan pendekatan sistem. Parson adalah tokoh
fungsionalisme struktural modern terbesar hingga saat ini.
Pendekatan
fungsionalisme-struktural sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Parsons dan
para pengikutnya, dapat dikaji melalu anggapan-anggapan dasar berikut:
1.
Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu
sistem dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain
2.
Dengan demikian hubungan pengaruh
mempengaruhi di antara bagian-bagian tersebut bersifat timbal balik
3.
Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat
dicapi dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung
bergerak kea rah ekuilibrium yang bersifat dinamis
4.
Sistem sosial senantiasa berproses ke arah
integrasi sekalipun terjadi ketegangan, disfungsi dan penyimpangan.
5.
Perubahan-perubahan dalam sistem sosial,
terjadi secara gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara
revolusioner.
Faktor paling
penting yang memiliki daya integrasi suatu sistem sosial adalah konsensus atau
mufakat di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan
tertentu.
Dengan kata
lain, suatu sistem sosial, pada dasarnya, tidak lain adalah suatu sistem dari
tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara
berbagai individu, yang tumbuh berkembang --this article is a copy of
kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't
manage to read entire article--tidak secara kebetulan, namun tumbuh dan
berkembang di atas consensus, di atas standar penilaian umum masyarakat. Yang
paling penting di antara berbagai standar penilaian umum tersebut adalah
norma-norma sosial. Norma-norma sosial itulah yang membentuk struktur sosial.
Sistem nilai
ini, selain menjadi sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial,
juga merupakan unsur yang menstabilir sistem sosial budaya itu sendiri.
Oleh karena
setiap orang menganut dan mengikuti pengertian-pengertian yang sama mengenai
situasi-situasi tertentu dalam bentuk norma-norma sosial, maka tingkah laku
mereka kemudian terjalin sedemikian rupa ke dalam bentuk suatu struktur sosial
tertentu. Kemudian pengaturan interaksi sosial di antara mereka dapat terjadi
Karena komitmen mereka terhadap norma-norma yang mampu mengatasi perbedaan
pendapat dan kepentingan individu. Dua macam mekanisme sosial yang paling
penting di mana hasrat-hasrat para anggota masyarakat dapat dikendalikan pada
tingkat dan arah menuju terpeliharanya sistem sosial adalah mekanisme
sosialisasi dan pengawasan sosial (social control).
Di samping
itu, Parsons menilai, keberlanjutan sebuah sistem bergantung pada persyaratan:
1. Sistem harus terstruktur agar bisa
menjaga keberlangsungan hidupnya dan juga harus mampu harmonis dengan sistem
lain.
2. Sstem harus mendapat dukungan yang
diperlukan dari sistem lain.
3. Sisitem harus mampu mengakomodasi para
aktornya secara proporsional.
4. Sistem harus mampu melahirkan
partisipasi yang memadai dari para aktornya.
5. Sistem harus mampu untuk mengendalikan
perilaku yang berpotensi mengganggu Bila terjadi konflik menimbulkan kekacauan
harus dapat dikendalikan.
6. Sistem harus memiliki bahasa Aktor dan
Sistem Sosial.
B.
PENDEKATAN KONFLIK DALAM SISTEM SOSIAL
Dahrendrof
adalah salah satu pendiri teori konflik dan sekaligus teori fungsional yang
disejajarkan. Menurut para
fungsionalis,masyarakat adalah statis atau masyarakat berada dalam keadaan
berubah secara seimbang.Tetapi menurut Dahrendrof dan teorisi konflik
lainya,setiap masyarakat secara tunduk pada proses perubahan.Fungsionalis
menekankan keteraturan dalam masyarakat.Fungsionalis menyatakan bahwa setiap
elemen masyarakat berperan dalam menjaga stabilitas masyarakat.Teori
konflik melihat berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang terhadap disintegrasi
perubahan.
Dahrendrof
menolak tekanan kaum fungsionalis pada integrasi,nilai dan konsensus normatiF,serta
stabilitas karena berat sebelah,sebaliknya dia berusaha untuk mendasarkan
teorinyapadasuatu perspektif Marx modern yang menerima meluasnya konflik sosial
yang didasarkan pada oposisi
kepentingan kelas dan konskuensi konflik itu dalam melahirkan perubahan sosial.
Dahrendrof
melihat bahwa struktur masyarakat industri telah mengalami perubahan besar
sejak jaman marx,oleh sebab itu Dahrendrof menolak sebagian teori marx,seperti
mengenai teori perubahan
berkembang,contohnya dalam usaha garment konveksi yang menjadi kelas borjuis
adalah para investor,tidak para pemilik usaha tersebut,Sedangkan kaum proletar
di sini adalah orang-orang yang bekerja di sana,seperti buruh
,satpam.manager,staff.
Ia juga
mengemukakan bahwa hubungan 2 golongan tersebut ,bisa mempunyai kekuatan sama
atau lebih apabila bersatu,sedangkan revolusi bisa dilakukan apabila salah satu
golongan baik borjuis,maupun proletar mempunyai kekuatan yang solid,contohnya
para pengusaha membuat suatu wadah sosial dan konflik kelas,konflik kelas dan
revolusi, menurutnya kelas proletar dan borjuis telah perkumpulan guna
mensolidkan kekuatan mereka terhadap para pesaing ataupun golongan
pekerjanya,dan begitu juga proletar terkadang membuat demonstrasi ataupun mogok
kerja dalam skala yang besar karena tak terpenuhi tuntutan mereka.
Dalam
menganalisis konflik masyarakat, yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi
berbagai peran otoritas di dalam masyarakat. Dahrendorf mengkombinasikan
pendekatan fungsional (tentang struktur dan fungsi masyarakat) dengan
pendekatan konflik dalam menganalisis antar kelas sosial masyarakat. Berkaitan
dengan hal ini, Zetlin menyarankan dalam menganalisis masyarakat harus
membedakan dua metateori dalam masyarakat yaitu system sosial terintegrasi
secara fungsional (teori fungsional), dan metateori kedua adalah struktur
sosial dijalankan melalui tekanan dan paksaan (teori konflik).
Teori sosial
Dahrendorf berfokus pada kelompok kepentingan konflik yang berkenaan dengan
kepemimpinan, ideologi, dan komunikasi di samping tentu saja berusaha melakukan
berbagai usaha untuk menstrukturkan konflik itu sendiri, mulai dari proses terjadinya hingga intensitasnya dan
kaitannya dengan kekerasan. Jadi bedanya dengan fungsionalisme jelas, bahwa ia
tidak memandang masyarakat sebagai sebuah hal yang tetap/statis, namun
senantiasa berubah oleh terjadinya konflik dalam masyarakat. Dalam menelaah konflik antara kelas
bawah dan kelas atas misalnya, Teori konflik muncul sebagai reaksi atas teori
fungsionalisme struktur yang kurang memperhatikan
fonemena konflik didalam masyarakat.
Teori konflik
salah satu perspektif didalam sosiologi yang memandang mayarakat sebagai suatu
sistem sosial yang terdiri dari bagian bagian atau komponen-komponen yang
mempunyai kepentingan yang berbeda dimana komponen yang satu berusaha untuk
menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memproleh kepentingan
sebesar-besarnya.
Pada dasarnaya
panadangan teori konflik tentang
masyarakat sebetulnya tidak bayak berbeda dari pandangan teori fungsionsliamee struktur karena
keduanya bersama-sama memandang
masyarkat sebagai satu sistem yangterdiri dari bagaian-bagian. Perbedaaan
antara keduanya terletak dalam asumsi mereka yang berbeda-beda tentang
elemen-elemen pembentukan masyarakat. Menurut fungsionalisme struktur
elemen-elemen berfungsi sehingga masyarakaat secara keseluruhan bisa berjalan
dengan normal. sedangkan teori konflik
elemen-elemen itu mempunyai kepentingan yuang berbeda-beda sehingga
mereka berjuang untuk saling mengalahkan satu sama lain guna memperoleh
kepentingan sebesar-besarnya.
Pendekatan pandangan
konflik berpangkal pada anggapan anggapan dasar sebagai berikut:
a) Setiap masyarakat senantiasa berbeda
didalam proses prubahan yang tidak pernah berakhir, atau dengan perkataan lain,
perubahan sosial merupakan gejalan yang melekat didalam setiap masyarkar.
b) Setiap masyarakat mengandung
konflik-konflik didalam dirinya, atau dengan perkataan lain, konflik adalah
gejala yang melekat didalam setiap masyarakat
c) Setiap masyarakat terintegrasi diatas
penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang atas sejumlah orang-oarang lain
d) Setiap unsur dalam suatau mayarakat
memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan prubahan-prubahan sosial.
Perubahan sosila
dalam pendekatan konflik taidak saja dipandang sebagai gejala yang melekat
didalam kehidupan setiap masyarakat, akn tetapi lebih daripada malahan
dianggap bersumber didalam faktor-faktor
yang ada didalam masyarakat itu sendiri
Menurut,Dahrendrof
otoritas tidaklah konstan karena terletak di luar diri seseorang bukan dalam
dirinya,karena itu seseorang yang berwenang dalam suatu lingkup tertentu belum
tentu punya wewenang di daerah lain.Begitu pula orang yang duduk dalam posisi
subordinat dalam suatu kelompok,dapat juga menempati posisi superordinat di kelompok
lain.Contohnya adalah posisi kades di lingkup kecamatan adalah subordinat,dan
menjadi superordinat di masyarakat desanya.Ini berasal dari argumen Dahnredrof
yang menyatakan bahwa masyrakat tersusun dari sejumlah unit yang ia sebut asosiasi yang dikoordinasikan secara
imperatif.Masyarakat terlihat sebagai asosiasi individu yang dikontrol olej
hierarki posisi otoritas.Karena masyarakat terdiri dari berbagi
posisi,seorang individu dapat menempati posisi subordinat mauoun
superordinat bergantung pada harapan masyarakat.
Kelompok,konflik dan perubahan:Selanjutnya Dahrendorf membedakan
tiga tipe utama kelompok.Pertama adalah kelompok semu atau” sejumlah orang
pemegang posisi dengqan kepentingan sama”.Kelompok semu ini adalah calon tipe
kedua yakni kelompok
kepentingan.,dari berbagi kelompok kepentinan muncul kelompok konflik.Menurutnya
ketiga,kelompok tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda-beda,namun
berpengaruh dalam perubahan struktural dalam masyarakat.
Aspek terakhir
dalam teori Dahrendorf adalah hubungan konflik dengan perubaha, dalam hal ini
Dahrendorf mengakui pentingnya pemikiran lowis coser,yang memustakan perhatian
pada fungsi kelompok dalam memepertahankan status
quo.Tetapi Dahrendorff menganggap fungsi konservatif dan konflik hanyalah
satu bagian dari realita sosial,konflik juga meneyebabkan perubahan dan
perkemabangan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Pendekatan Struktur Funsionalisme Dalam Sistem Sosial
Pembahasan
teori fungsionalisme structural Parson diawali dengan empat skema penting mengenai
fungsi untuk semua system tindakan, skema tersebut dikenal dengan sebutan skema
AGIL. Sebelumnya kita harus tahu terlebih dahulu apa itu fungsi yang sedang
dibicarakan disini, fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah
pemenuhan kebutuhan system.
Menurut parson
ada empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua system social,
meliputi adaptasi (A), pencapaian tujuan atau goal attainment (G),
integrasi (I), dan Latensi (L). empat fungsi tersebut wajib dimiliki oleh semua
system agar tetap bertahan (survive), penjelasannya sebagai berikut:
Adaptation
(sistem biaologis/ organis ) : fungsi yang amat penting disini system harus
dapat beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang gawat, dan
system harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan juga dapat menyesuaikan
lingkungan untuk kebutuhannnya.
Goal attainment (sistem kepribadian) ;
pencapainan tujuan sangat penting, dimana system harus bisa mendifinisikan dan
mencapai tujuan utamanya.
Integrastion
(sistem sosial) : artinya sebuah system harus mampu mengatur dan menjaga antar
hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya, selain itu mengatur dan mengelola ketiga fungsi (AGL).
Latency
(sistem budaya):laten berarti system harus mampu berfungsi sebagai pemelihara
pola, sebuah system harus memelihara dan memperbaiki motivasi pola-pola
individu dan cultural,
Sistem
mengandaikan adanya kesatuan antara bagian-bagian yang berhubungan satu sama
lain. Kesatuan antara bagian itu pada umumya
mempunyai tujuan tertentu.
Dengan kata lain, bagian-bagian itu membentuk satu kesatuan (sistem) demi
tercapainya tujuan atau maksud tertentu.
1. Sistem
organisme biologis (aspek bilogis manusia sebagai satu sistem), dalam sistem
tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan.
2. Sistem
kepribadian, melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan
menggerakkan seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
3. Sistem
sosial berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen
pembentuk masyarakat itu.
4. Sistem
kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau
struktur-struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang
memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu.
Dahrendrof
adalah salah satu pendiri teori konflik dan sekaligus teori fungsional yang
disejajarkan. Menurut para
fungsionalis,masyarakat adalah statis atau masyarakat berada dalam keadaan
berubah secara seimbang.Tetapi menurut Dahrendrof dan teorisi konflik
lainya,setiap masyarakat secara tunduk pada proses perubahan.Fungsionalis
menekankan keteraturan dalam masyarakat.Fungsionalis menyatakan bahwa setiap
elemen masyarakat berperan dalam menjaga stabilitas masyarakat.Teori
konflik melihat berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang terhadap disintegrasi
perubahan.
Teori sosial
Dahrendorf berfokus pada kelompok kepentingan konflik yang berkenaan dengan
kepemimpinan, ideologi, dan komunikasi di samping tentu saja berusaha melakukan
berbagai usaha untuk menstrukturkan konflik itu sendiri, mulai dari proses terjadinya hingga intensitasnya dan
kaitannya dengan kekerasan. Jadi bedanya dengan fungsionalisme jelas, bahwa ia
tidak memandang masyarakat sebagai sebuah hal yang tetap/statis, namun
senantiasa berubah oleh terjadinya konflik dalam masyarakat. Dalam menelaah konflik antara kelas
bawah dan kelas atas misalnya, Teori konflik muncul sebagai reaksi atas teori
fungsionalisme struktur yang kurang memperhatikan
fonemena konflik didalam masyarakat.
B. SARAN
Kepada
mahasiswa: Makalah kami ini membantu untuk mengetahui pendekatan-pendekatan
sistem sosial, dan bisa dijadikan refrensi dilain harinya, keritik dan saran
saudara/di yang sifatnya membangun kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
George
Ritzer.2010.Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. PT: Rajawali Grafindo Persada.Jakarta.
Nasikun. 2011.Sistem Sosial Indonesia. PT: Rajawali Grafindo Persada.Jakarta.
Raho Bernad. 2007. Teori Sosiologi Modern Pt: Prestasi Pustaka. Jakarta.
Tugas
Kelompok
Dosen:
Prof.Dr. H.M. Idrus Abustam.
PENDEKATAN PENDEKATAN TEORITIS DALAM SISTEM SOSIAL
Teori
struktur fungsionalisme dan teori konflik.
KELOMPOK:
VII
ABDUL
LATIF,S.Pd
|
:IIB02019
|
MUZAKKI,S.Pd
|
:IIB02020
|
SANIA KEWA KIAN,S.Pd
|
:IIB02021
|
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR 2012